Senin, 30 April 2012

Si jidat part VII


Part 7

Itu dari iwan gan,
Smsnya bikin gue ketawa

“Fregie – big girls dont cry”

Hahahaha dia ga tau gue balikan. Ah udah lah gue biarinin kondisi ini, gue masih ngeras ganjil aja sama si iwan nih. Jaddi ga semuanya gue kasih tau dia dong yaaaa

Besoknya  gue masih berangkat bareng sama iwan. Dan pas lagi pelajaran Ilmu sosial dan budaya kalo ga salah deh , dosen ga ada. Anto dan temen-temenya disitu .Manggil gue

A : “kis, berenang yuk besok rabu. Bisa ga?”
Gue : “Ga tau deh..”
A :”lo sms aja, oya udah punya no iwan kan? Sms ke dia aja”
Gue : “Iya nanti ya...”.
Dan gue masuk lagi ke kelas nemuin sahabat gue si laili.
Gue : “Neng, gue diajakin renang sama mereka?”
L :”Jangan mau, baru kenal juga neng”

Bener juga sih, gue turutin katanya laili. Gue sms iwan dan dengan alesan ga bisa.
Hari demi hari, Ronal sms mulai sering. Dan hari apa itu gue lupa. Gue dijemput di cilandak sama dia pas pulang kuliah pake mobil patroli polisi om nya. Aaaa gue diculikkkkkkkkkkk (ehhh ga deh hahaha)

Gue diajak kerumah dinas omnya. Disana ruameeeee bukan maennnnnn. Satu rumah ada kali 5 keluarga.

Krik...krik sampe jam 4 gue minta pulang. Gue duduk di belakang dia di depan . Gue juga dicuekin ga ada ngobrolnya banget Cuma sama tantenya. Gue sms iwan aja. Kayanya itu pas mau maghrib deh. 

Gue lagi di kp.rambutan nungguin titipan atasan omnya.
Gue :”Hai”
I : “hai juga”
Gue :”Lagi dimana?”
I :”Di rumah nih, kisi di mana?”
Gue :”di jalan nih sama temen lagi muter-muter “ (upsss maaaaafff yaaa bohong.)
I : “oh gitu, yauda hati-hati ya. Gue shalat maghrib dulu ya”
Gue: “Oke”

Dan krik lagi. Gue BT bt disitu, jadi nyesel gue ikut dia. Gila dari kp.rambutan gue ke bekasi baru di anter pulang.  Untung gue ga diomelin bonyok,. Jam 10 gue baru sampe rumah.
Sebel banget deh gue.

Dan gue kembali di ajakin renang. Okelah ga masalah ya. Gue ikut tuh.
Kita janjian di stasiun bojong. Dia pake kaos putih dan celana pendek. Karena emang dia putih, jadinya emang tambah kinclong pake putih. KEREN. (dalam hati gue)

Kita ngobrol-ngobrol  ringan. Di bus dia smsn. Ga tau sama siapa. Sama temenya kali yaaaa.
Pas nyampe sana udah ada Anto,nia,vandi, dan yoko temenya. Alhasil gue duduk dah dulu . Pas mau ganti baju ada yang dateng. Dan tau gan siapa.....

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa. Di  part berikutnya gue dibikin kesel sama iwan. Tunggu ya gan kelanjutanya. SINGKONG..............



Minggu, 29 April 2012

Si jidat part VI


PART 6

Kita duduk di danau UI sambil mainan poker .Gue ga bisa mainan itu alhasil gue berdua main sama iwan. Pas lagi asik main ada sms dari ronal

R : “Ke rumah aja nanti di jemput di stasiun, kita perlu bicara”
Gue : “ Iya nanti”

Ah seneng ga ya gue dia sms, mau ngapain lagi dia ?? ssssssss males tapi emang belum ada kata PUTUS yang jelas sih . Ah yauda deh gue temuin aja. Dan hujan tiba-tiba mengguyur kita.  Kita neduh di masjid UI . Abis solat kita ngumpul di depanya.

Dan disini Vandy beraksi, entah modus mereka mau modusin gue atau apalah.
Beberapa tebakan vandi ada yang bener sampai kita ke topik  ada cowo kampus naksir gue.

Gue : siapa van?”
V: “ciri-cirinya orangnya putih”

Dalem hati, wah gue di modusin ga ya nih??padahal  mah dalem hati seneng hahahah kalo emang beneran dia

Gue :” initialnya?”
V :” gue jg ga engggeh”.

Oke gue berpikir tuh disitu. Pas gue liat iwan mukanya merah bgt kaya pantat bayi gan. Hahahaha
Disitu gue makin dekat aja sama mereka. Terutama iwan , gw mikir ga mungkin aja dia naksir gue walaupun semua geerak geriknya emang kaya orang naksir.

Dia itu laki-laki yang selama ini ada di angan-angan gue. Saat itu gue yang sebagai posisi orang yang baru kenal dia, udah ngerasa nyaman aja.

Dan pas udah smp stasiun bojong gue sama dia misah. Disitu gue nungguin Ronal yang mau jemput gue. Waktu sampai gue kerumah dia, disitu seperti biasa ada keluarganya lengkap . Kita ngobrol di depan rumahnya.

Gue : “Ada apa?? Kenapa putusin gue?”

R : “Jujur aja , selama ini apa  yang terjadi . hal yang ga gue tau dari lo?”
Gue : (diem.......)
R : “kok ga jawab?”
Gue : “Iya, gue jalan sama cowo  tadi. Kan tadi lo juga putusin gue”
R : “Iya , lo udah deket sama dia dari lama kan? Gue tau. Percuma gue punya kakak yang player kalo ga tau ciri-ciri cewek player??? “ (whatsssss gue lupa , angel kakaknya dia emang player juga )

Gue : “Siapa suruh lo nyuekin gue, sms juga ga pernah, nelpon juga ga pernah???” << (iklan hahaha)
R : ”gue tau gue salah, lo juga tau hape gue rusak”
Gue : “Kasih kabar kek pake apaan gitu, udah ah lo ngapain nyuruh gue kesini???”
R : “ Gue mau minta kesempatan lagi?????”
Gue : “Yauda deh.....”

Seneng sih tapi gue udah terlanjur males. Tapi karena gue ga tega liat mukanya gitu. Belum lagi itu di rumahnya,. Tar gue di sangka hamilin anak orang lagi dia nangis di rumah (ehhh kebalik ya , yang cowo kan dia)hahahaha.

Dan Ronal nganterin gue  balik tapi ga sampe rumah. Gue turun depan komplek. Pas gue lagi jalan mau ke rumah ada sms.... dari...............................

Curhatan Kecilku


Sebenernya aku ingin menulis ini udah lama.

Dan baru mulai menulis aja airmata ku sudah berjatuhan mengiringi airmata ku.
Mama dan papa adalah orang yang sangat berarti di hidupku.
Semua berawal dari adiku , sebut saja namanya RIAN. Dia adiku yang berumur  17 tahun. Dia lelaki yang sangat periang. Dia juga suka sekali meledekku. Tapi sudah 2 bulan ini dia sakit yang tak kunjung sembuh. Menangisadalah hal yang selalu ku lihat di pipi mamahku. Aku selalu mencoba cuek dengan ini semua, karena aku gak mau ikut terlihat lemah di depan mereka.

Panas, hujan mama lewatin untuk memenuhi kebutuhan adikku yang sedang sakit.
Awalnya dia hanya sakit tifus, selama 1 bulan dirumah dia gak mau dibawa ke rumah sakit. Sampai suatu ketika dia merasa capek dengan kondisi tubuhnya sendiri. Dia dibawa ke rumah sakit. Dia dirawat sampai 1 minggu, tifusnya sudah selesai dan dia di suruh pulung saja karena kondisi tubuhnya yang sudah fit.

Mama, papa pun bersyukur dia bisa pulang. Kita mengadakan syukuran kecil-kecilan dengan membuat nasi uduk. Tapi kondisinya makin memburuk.
Makanan yang masuk pasti keluar lagi, begitu pun minum. Mama dan papa terlihat kembali sangat depresi.

Aku tahu mereka sangat sedih, bahkan ketika aku tengok mereka yang sedang shalat di kamar pun menangis.

Ahhh sebagai anak perrtama aku merasa tidak berguna.

Ku kuatkan ketika aku melihat mereka menangis. Ya aku pun menangis tanpa mereka ketahui.
Baru kali ini ku lihat papa menangis. Papa seorang lelaki tegar walaupun aku tahu ada banyak orang yang tidak menyukainya.

Walaupun banyak yang mengucikan papahku , dia tetep papa yang aku yang aku banggakan. Karena mereka aku ada.
Aku memang bukan apa-apa sekarang tapi aku yakin bisa jadi yang mereka banggakan. Ya aku pasti karena aku punya mimpi. Dengan mimpi aku bisa menggapai semua.

Penulis yang karyanya dibaca oleh orang banyak dan menjadi wanita karir yang sukses aku bisa menggapainya.
Aku yakin , aku bisa menggapai mimpiku yang berada di 5 cm depan keningku.

Cara menghadapi orang yang bermuka dua

Ok my lovely reader
Cara buat menghadapi orang yang bermuka dua adalah:

1. Kalau dia punya permainan, kamu juga harus punya permainan.
2. Kalau dia jelekin kamu di belakang kamu, kamu cukup tau dan pura-pura ga tahu. Nah di situ baru kita buat sebuah permainan.
3. Kalau ketemu usahain biasa aja.
4. Coba pancing dia dengan kata-kata di jejaring sosial. Karena bermuka dua , pastinya dia pura-pura menjadi temanmu kan?? Kalau dia ke pancing, berarti dia merasa. Sedangkan teman d jejaring sosialmu kan ga hanya dia??
5. Bikin dia merasa aneh sama kita. Jadi kalo misalkan kita tadi ngata-ngatain dia di jejearing sosial terus dia ngerasa, tp depan dia biasa aja. Jadi dia bakal malu sendiri karena di dalam hati dia bakal bertanya sendiri "kok diabiasa aja sama gue ya? berarti gue salh tanggep dong??"

Hihi pasti malu banget orang kaya gitu.

Cerita inspiratif ( by kaskus )


Ga ada maksud plagiat
hanya share aja
karena menurutku ini cerita paling bagus.

Semoga peristiwa di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki :

Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkimpoianku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang,

Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.

Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang. 

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!


Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”

Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”

Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

Sabtu, 28 April 2012

Dear my silent reader

Dear my silent reader.
Makasih banget udah selalu lihat postingan ku yang baru pulih setelah setahun vakum.
Aku senang apabila tulisanku dapat menghibur apalagi menjadi berrguna.

Dear my reader, please leave your comment if you have finish to read.
Kritik buruk pun ga apa-apa karena sangat membantu ku dalam perbaiki semua tulisanku.

Dari kecil, aku sangat senang menulis. Namun baru sekarang aku bisa mengembangkan tulisanku.

Aku sedang merintis dengan nyata untuk menjadi penulis. Karena, dengan trus berlatih, aku bisa menyempunakan keahlianku.

Makasih yang selalu setia membaca tulisanku.

Selamat membaca :)

Si jidat Part V


PART 5

Ah rasanya gue pengen buru-buru kelar nih ujian, ada sms dari Ronal

R : kayanya aku ga bisa jadi apa yg kamu mau, mungkin sendiri-sendiri lebih baik . Semoga kamu  dapet apa yang kamu mau.
Gue: Apa-apaan sih, tunggu gue lagi ujian. Tar gue tlp

Gila ya, emang bukan pacar yang pengertian , dia tau gue lagi ujian bukan ngasih suport kek apa kek malah mutusin gue sepihak (ngerasa di duluin nih gue, hahahaha)
Selesai ujian perut gue rasanya mau  ngeluarin Bom tapi di kampus gue jadi males. Dan gara-gara nahan muka gue pucet smp si iwan liat gue  dia langsung nyamperin gue dan nanya

I : “are u okay?”
Gue :” iya,gpp”
I: “abis ini mau kmn?pulang apa mkn?”
Gue : “Pulang kayanya nugguin laili keluar dulu, lo mau kemana emang?”
I : “makan dulu sama anak-anak kayanya”
Gue :”Yaudah gue duluan ya laili udah keluar”

Pas gue udah turun , gue tlp ronal tapi bunyinya

“Maaf nomer yang anda tuju sedang ingin bunuh diri, mohon  sediakan uang selawat. Terimakasih”
Whattt?? Ga aktif lagi nomernya. Gue ga terima nih diputusinnnn , kan gue yang mau putusin. Hahaha.
Ah bete juga sih sebenernya diputusin. Kan harusnya gue yang duluan (mukul mukul laili).

Tapi dari pada bete gue sms iwan aja ah .
Gue : “ dimana? Gue diputusin nih “ << modus
I : “Kok bisa? Yaudah kesini , ke kantin belakang deket lapangan ya”
Gue : “oke”

-----Pas di kantin belakang -----
Mau tau kelanjutanya, tunggu  ya gan.... Gue: “Oh ada kantin ya disini gue ga pernah k belakang sebelumynya”

I: “Iya kis, terjamin lagi harganya .”
Gue : “ ouww....” sambil ngangguk-ngangguk
I : “lo knp diputusin??”
Gue : “Ga tau gue, ga usah dibahas ya?”.

Sebenernya sih kalo ga ada iwan mungkin gue udah nangis juga kali ya diputusin, eh tapi tunggu di adegan ini laili juga ada tapi ga lagi baca komik. Tapi lagi makan es pocong.

Oya gue kenalin dulu ya, di situ ad 3 orang lain selain gue, laili dan iwan. Yaitu Anto, nia (pacarnya anto), dan Vandi. Si Vandi itu punya six sense gitu . Dan anto ngajakin kita ke danau UI (nongkrong gretongan hahahaha) sambil main poker, nah disana gue bakal di ramal sama Vandi.

---- lanjut nanti ya----

Jumat, 27 April 2012

Si jidat part IV


Part 4

Tau-tau iwan loncat naik bus yang gue naikin. Hop... “ah......” katanya sambil lap muka yang keringetan gara-gara ngejer bus .

Dan gue  kaget , ternyata dia ngikutin gue sama laili ,

Gue : “Eh lo, mau pulang?”
I (iwan)  : “Iya nih , turun mana kis?”
Gue : “Tanjung barat , lo?”
I : “ Sama” katanya sambil senyum lima kali. Gue rasa sih kalo gue bilang di depok turun juga kayanya dia nyamain deh (Hahahahaha yakin bgt gue) .

Dan jusjusjusjusjusjus , tingnongtongnongtingnongtingnong (  itu tandanya  kereta dateng )
Di kereta banyak yang kita omongin, oya lupa temen gue laili selalu ada tapi gan lagi-lagi dia baca komik (hammer), sekalinya ngelirik lirikan yang seolah gue mau bilang “Ampunnnn buuuu JANGAN BUNUH saya” (hahahah piss neng).

Setelah ngobrol-ngobrol ternyataa rumah dia deket stasiun “Big Bojong” << biar kesanya keren gitu . Di perumahan “Bambu Hijau” (lokasi disamarkan juga).
Dan karena kita searah , pas mau turun kita pamitan sama laili dia Cuma bilang “Hemmmmm....” bah nampak seperti  inang-inang yang sangar .

Oya seharian itu cowo gue Ronal ga hubungin gue., coba gimana gue ga selingkuh ya??? Bukan salah gue kan ya?? (ngeles) . Oya waktu sebelum pulang sebenernya saat jam istirahat , gue sama temen gue (lagi-lagi Laili) ke warnet, gue punya feeling bak mbah dukun gitu gan kalo emang dia naksir gue, dikit lagi pasti minta FB gw dan ternyata TEPAT ! Dia sms gue nanyain FB .

Gue kasih , tapi gue lupa kalo fb gue di protect, jadi harus gue yang add dia aja dulu. Di Fb juga relationship gue juga “Berpacaran” sama Ronal, pasti dia liat.
Dia pastinya langsung kepoin gue, ya gue kepoin balik dong ya tuh FB dia . Ternyata gan isinya cewek semua tuh FB (mulai rada jeolus, eh tp ga deh kan gue juga udah punya cowo) hehehe.

Balik lagi deh ke adegan pas pulang, pas turun dari kereta kita misah gue ke kiri dan dia ke kanan ( kaya film india gan , hahahaha)

Hari selanjutnya kita ketemu lagi di waktu dan kesempatan yang sama ( kaya acara di tipi-tipi gan)
Padahal sebenernya  gue mau bareng sama dia di gerbong  yang sama, tapi ntar gue di omelin laili. Dia ga suka  gue mainin cowok (baik ya temen ya harusnya gitu)
Dan sampai suatu ketika gue UAS , pas UAS ada sms dan ternyata....

Kamis, 26 April 2012

si jidat part III


PART 3

“Woi...” . suara itu dan gue nengok aja ternyata si Anto (nama disamarkan)
“Eh siapa nama lo?? “ katanya ketawa ketiwi, tapi tunggu deh . ada cowo yang tadi pagi di belakang tuh cowo lagi CP (Curi Pandang ) ke gw.
“Oh, kisi. Udah ya mau nunggu jam masuk lagi. Gw ke depan duluan “ kata gue sambil mainin hape dan duduk di luar kelas. Sampai di luar kelas gw selonjoran di lobi nunggu kelas keluar.

Di room mig
1 = “eh ucul (nick gw), jgn selinhkuh lo gw bilangin ronal “  <<  kata tmn cowo di mig
Gue : “bilangin dahhh, males gue jg punya pacar cuek”
1:  “hape dia kan rusak cul”
Gue: “udah tau, lagi jg ni cowo lebih cakep weeeee :P “

Dan tau ga gan pas gw lagi asyik online tiba-tiba tuh cowok dateng ke gue dan duduk di samping temen gue.
Dia : “Eh minta no hp dong?”
Whatssss dia minta no hape hahahaha, pucuk dicinta kue ulam pun tibaaaaaaa. But wait, so stay cool

Gue : “Buat apaaan emangnya?” gileee sepik aje nih gue gan hahaha
Dia : “Buat  punya-punya doang . boleh ga ?”
Kasih ga yaaa... hahaha tapi tunggu padahal yang duduk samping dia itu si Laili, dia lagi membisu sambil baca komik , tapi kenapa gue doang yang dia mintain ya?
Gue : “Mana hapenya sini”

Terus dia nyodorin hapenya.

Gue : “Nih, sms aja ya no lo dan pake nama. Tapi gue balesnya nanti-nanti , gue lagi chat “ kata gue sambil ngeloyor masuk kelas. Dia juga masuk kelas yang sama gan.

Dan gak lama kemudian dia sms  beneran gan. Sambil ngelewatin gue dia bisikin gue “Udah di sms bales ya nanti “ .

Tau ga gan, sebenernya gue seneng banget waktu itu. Apa ini doa gue yang tadi pagi ya???
Dan di kelas temen gue nanya

L : “Neng ngapain tadi?” sambil judes tatapan kejam (hihihi)
Gue : “Minta no gw neng”
L : “inget ada Ronal lo neng”
Gue : “ Iyeeeeeee”

Dan pas waktu pulang kuliah gue sama laili langsung ulang dan ngelewatin tukang  foto copyn. Gw liat ada iwan (nama cowo itu) .
Pas gue udah nyebrang dan bus hampir jalan tau-tau ................
*lanjut nanti yaaaa*

Si jidat Part II


PART 2

Nampak lelaki yang sepertinya ane kenal, tunggu itu kan cowo itu. Tau ga gan dia ngeliatin ane juga sambil senyum-senyum lima jari gitu  . rasanya itu kaya di film-film yang sekitarnya berubah jadi abu-abu dan waktu berhenti hanya kita berdua yang mampu berbicara . Lalu dia negor gue gan ,

Dia : “Hey, lo naik dari sini juga?”
Gw : “Iya, lo juga?? Naik apa?”
Dia: “Eko , lo apa”
Gue :” sama, ga kedepan?”
Dia: : “Ga, gue disini aja”
Gue : “Oh yaudah gw kedepan ya” .

Aduhhh kenapa gue ngajak dia kedepan segala ya, ketauan ga ya gue rada naksir gitu sama dia. Oya jadi lupa ane sama Ronal, dia emang cowo ane tapi dia cek nya minta ampun deh.  Sms kaya makan aja sehari 3 kali. Gue mau ngapain pasti BOLEH, gue mau ijin apapun juga BOLEH deh kayanya.

Oya balik ke cowo itu ya, gw ga tau siapa namanya tapi hampir semua matkul 80 % kita sekelas mulu gan. Dia aktif di kelas dan kritis. Hmm SMART ,  buat gue cowo yang punya wawasan luas itu SEKSI loh.
Sampai suatu ketika pelajaran selesai di kelas, dan gue masih standby di mig. Saat gue mau keluar kelas  tiba-tba ada yang manggil gue pas gue nengok  *jeng-----jeng---jeng *

Rabu, 25 April 2012

Si Jidat Kinclong, mengalihkan duniaku


Part 1

Gue kisi biasa dipanggil dari kecil . Sekarang umur hampir 22 tahun. April sih baru ( 22) heheh. Gue kuliah di salahsatu universitas di jakarta selatan.

Jadi ini cerita soal kisah cinta gue , gue mig33 addict dulu. Pastinya agan tau semua ya.
Ane ceritaain dari awal ya, saat itu ane kuliah sambil kerja jadi asisten dokter gigi di klinik om ane di dalam bandara halim.

Otomatis kuliah ane nyesuain juga jadwalnya. Saat itu ane single gan, dan migg udah dari 2007 ane mainan . ane punya chatroom langganan yg berdomisili di deket rumah. Ane selalu standbye in tuh app gan.
Singkat cerita ane punya cowo disitu , sebut aja Ronal namanya. Dia seorang pengangguran. Entah kenapa gue juga mau, mungkin karena tiap gue balik ke rumah dari kostan dia yang jemput mulu kali yaaa ( hahahahaha )

1 bulan berlalu, 2 bulan berlalu.... sampai akhirnya ,mau 3 bulan (kl ga salah ya) ane ketemu sama cowo dikampus yang belum pernah ane liat sebelumnya  .  Ane deskripsiin ya fisiknya
Tinggi sekitar 172, badanya semok tapi ga gendut, putih dengan jidat yang kinclong belum lagi senyumnya , rezky aditya LEWATTTTTTTTTTTTTT gan (hahahaha )
Dalem hati ane sih ga mungkin nih cowo ga punya pacar , masa iya ga punya kan ya . Lagi ngelamun tiba-tiba

“Woy.... inget ronal neng....” . Ah ... oya ini si Laili temen gue yang setia dari semester 1 sama gue kemana2. Susah bareng, seneng bareng, smp mandi aja bareng *ehhhh ga deh heheheh
“Iya apa neng.....”
Lalu entah hari apa gue pulang ke rumah dan memutuskan berhenti kerja karena gue capek dan kangen sama ade gue yang paling kecil si habibi.

Hari itu entah hari apa gue lupa, gue kuliah dari rumah dan kalau dari rumah gue naik kereta buat sampai kampus.

Suasana pagi itu lumayan sejuk dan angin menyibak rambut gue yang belum pake hijab . (nanti ada kok ceritanya gue pake hijab ). Lagi di angkot menuju stasiun ane ngmg dala hati kalau emang jodoh , pengen deh cowo yang kemarin 1 domisili sama gue, biar bisa berangkat dan pulang kuliah bareng..
Saat itu gue beli karcis ekonomi  HOT (maklum iritt gan ) :P
Tiba-tiba....................................................................

Sesuap Nasi Untuk Emak


(Sedang proses editing untuk di terbitkan. semoga lolos aminnn )
SESUAP NASI UNTUK EMAK
Suasana di pasar pagi ini sangat penuh sesak, pedagang-pedagang pun mulai sibuk melayani para ibu-ibu rumah tangga ataupun para pekerja rumah tangga. Anak-anak yang putus sekolah pun mulai menjajakan plastik untuk menawarkan jasa mengangkut belanja , ataupun anak-anak yang menjadi kuli panggul. Keadaan seperti ini sudah sering terjadi di pasar. Dan Parjo sudah terbiasa dengan keadaan ini, dia salah satu anak yang  mencari makan di pasar.
“Kantong, kantong, kantong... kantong  bu?” suara Parjo menjajakan daganganya dengan suara khasnya. Tiap pagi dia selalu  ikut di dalam suasana yang tidak pernah sepi. Selesai kantong plastiknya terjual habis dia beralih ke depan ruko-ruko sembako berharap ada beras yang jatuh, yang bisa di kumpulkan menjadi segumpulan beras dan dia bisa bawa pulang.
“Tong, mau gue kasih beras ga?” panggil engkong haji yang memiliki ruko beras yang biasa Parjo punguti
“Ah, mau kong!” dengan sigap Parjo pun menjawab
“Nah, sebelumnya lo bantuin gue rapihin karungn beras, lo lipet dan lo iket ya?”
“Baik kong” kata parjo dan dengan sigap dia langsung mengerjakan.
Dengan pakaian yang sangat lusuh dan berpeluh keringat dia kerjakan, tak peduli berapa imbalan yang dia dapat. Mendapatkan beras untuk di masak saja sudah lebih dari cukup untuknya. Parjo anak yatim, dia mempunyai adik perempuan yang masih berumur 4 tahun. Ibunya pun sakit-sakitan.
“Nih” kata engkong memberikan satu plastik kecil beras.
“Makasih ya kong?” Parjo pun sangat gembira, matanya pun berkaca-kaca.
“Alhamdulillah hari ini, mumpung ada uang lebih aku mau beli jengkol ah buat emak” kata Parjo dengan gembira. Saat dalam perjalanan pulang terdengar kumandang Adzan dari jauh, langsung Parjo berjalan ke masjid terdekat. Parjo memang anak yg soleh. Saat dia sholat, semua barangnya ia letakkan di belakang dia, namun setelah dia selesai sholat betapa kagetnya dia melihat makananya yang dia beli termasuk beras hilang.
“Ya Allah, siapa yang tega berbuat ini padaku??bagaimana emak dan iin di rumah?” Parjo pun lemas dalam langkahnya pulang. Apa yang harus ku katakan.
“Abang ajo pulang makkkkk” teriak si iin kecil
“Wah anak emak udah pulang” sambut emak dengan senyum
“Mak, maafin ajo ya. Ajo ga bawa apa-apa”
“Ga laku ya jo plastik mu?” tanya emak. Parjo pun hanya menggelengkan kepalanya lalu memeluk emak
“Tadi Ajo udah bawa satu plastik kecil beras dan sebungkus jengkol buat emak tapi....” kata Parjo sambil terisak
“Tapi kenapa jo, ayo ngomong sama emak”
“Pas Ajo sholat di masjid, Ajo taro ntu makanan di belakang Ajo mak. ..,teeetereus pas udaaa se..le..sai.iii u..dah ga ada....” kata Parjo sambil terisak
“Parjo sayang, udah ga usah nangis. Berarti belum rezeki. Kamu tenang masih ada singkong rebus kok. Kita makan itu lagi aja ya?” kata emak sambikl memeluk dan mengusap kepala Parjo.
Walaupun Parjo anak yang kuat dan sangat pekerja keras, tetap saja dia hanya seorang anak yang masih berumur 10 tahun.
“Iya abang ajo.. iin aja nda nanisssss. Abang uga donggg” kata iin dengan cadelnya.
Dan malam pun berlalu, keesokanya Parjo kembali bekerja. Namun hari ini sepertinya keberuntungan tidak ada pada Parjo. Daganganya tidak habis. Hanya laku dua yang berarti hanya tiga ribu pendapatanya. Parjo duduk di sudut pasar sambil memegangi perutnya yang sakit karena sangat lapar. Jelas saja dia hanya memakan satu potongan singkong rebus. Sambil berjalan dengan gontai dia pun menyusuri ruko-ruko pasar, dia punguti beras yang berjatuhan. Dia pilihi sayuran yang masih layak makan namun di buang oleh para pedagang.
“Mak ini , Cuma segini Parjo dapetnya”
“Iya ga apa-apa jo” kata emak sambil mengambil pemberian Parjo. Hari itu tampak berbeda, emak sepetinya penyakitnya kambuh. Sudah hampir dua tahun setelah abah meninggal, emak sakit-sakitan. Emak sakit karena dulu menjadi buruh cuci dan pembantu harian. Emak kecapean sehingga dia terpeleset di kamar mandi, lalu tidak kuat untuk bangun lama-lama. Keseharian emak juga hanya memasak dan kembali tergeletak, sisanya Parjo yang mengerjakan.
“Mak, emak sakit?”
“Ga jo” kata emak sambil tersenyum
“Ah abang, emak tadi tuh pegangin peyutt teyuss, iin juga bang peyut iin lapellll” sambar iin
Astaga, kalau perutku saja tadi sakit gimana dengan emak dan iin?? gumam Parjo di hati.
Aku harus bisa besok bawain lebih dari hari ini untuk emak, gumamnya dalam hati.
Esoknya pagi sangat ceraah, bahkan terik. Lagi, keberuntungan juga tidak menghampiri Parjo. Bahkan sama sekali tidak menghampiri. Tidak sepeserpun dia dapat hari ini.
“Emak, iin, ajo harus gimana?” isak Parjo yang lagi-lagi sifat anak kecilnya keluar. Dia kembali menyelusuri ruko, namun anak lain sudah terlebih dahulu mengambil sisa beras yang jatuh. Kembali dia selusuri tumpukkan sayuran, namun semua sudah busuk tak layak makan. Dengan menunduk dia pulang.
“Assalamualaikum” Parjo menguca salam dengan lemas.
Namun tidak ada yang menjawab, hanya terdengar tangisan si kecil Iin
“Abangggg emak baaadannnnyaa pa..pa...nas......emak dali tadi bobo teyusss” isak Iin
“Ya ampun emakk..” Parjo pun langsung memeriksa emak
“abang.. iinn laperrrr” Iin pun menangis. Parjo pun memeluk adiknya, dia semakin sedih karena dia juga tidak membawa apa-apa hari ini.
“De jagain emak ya, abang cari makan dan obat dulu” Parjo pun berdiri dan berlari ke pasar mencari-cari makanan sisa untuk di bawa pulang, namun karena hari sudah gelap dia tidak menemukan apapun. Lalu dia berlari ke lampu merah, dengan tangan kosong dia beranikan diri untuk mengamen.
“Heh lo jangan ngamen dimari tong! Ini wilayah gue” kata Ibu-ibu yang berpakaian lusuh dengan menggendong bayi. Lalu Parjo pun kembali pergi dari situ.
“emak, tunggu ajo ya!” kata ajo sambil menghapus airmatanya.
Dia kembali mengamen di lampu merah lain.Berjam-jam dia mencari tempat karena banyak preman dan penguasaan setiap wilayah.Lalu akhirnya dia mendapat uang, walaupun hanya lima ribu. Dia berjalan menyusuri warteg dan membeli makanan untuk emak dan iin. Sepertinya pemilik warteg iba melihat Parjo, anak yang baru berusia 10 tahun masih mencari uang sampai pukul sepuluh malam
“Dik, kamu kenapa malam-malam masih berkeliaran?” tanya pemilik warteg
“Akuu lagi cari nasi buat emak sama Iin, emak sakit bu belum makan. Boleh aku beli nasi dua ribu dan kuah saja bu?”
“Ibumu sakit?” pemilik warteg pun bertanya lagi sambil membungkus nasi untuk Parjo
“Iya bu, bu jangan pakai apa-apa. Kuah saja” Parjo pun takut uangnya tidak cukup bila memakai lauk.
“Ndak apa-apa dik ini” sambil menyerahkan dua bungkus nasi dan lauk lengkap
“ini bu uangnya”
“Eh ga usah ambil aja, oya ini satu lagi” kata pemilik warteg sambil memberi uang selembar uang sepuluh ribuan
“Maksih bu” Parjo pun lansung mencium tangan ibu itu, dia sangat senang dan langsung berlari pulang dan tidak lupa dia membeli obat. Dengan tergesa-gesa dia berlari pulang. Namun sesampainya di rumah dia kaget, rumahya ramai. Lalu seorang Ibu tua menghampirinya
“Ajo yang kuat ya sayang”. Parjo pun langsung masuk ke dalam, dan dia menemukan ibunya telah terbujur kaku.
“Emakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk” suasana pecah karena teriakan Parjo nasi bungkus dan obat yang dia bawa jatuh berantakan.
“Emakkkkkkk ini ajo pulang bawa nasi untuk emak dan iinnn . Emakkk bangunnnnnnnnnn, ajo nanti sama siapa?????????????? “ teriak Parjo sambil menggoyahkan tubuh ibunya yang sudah kaku
“Mak satu suap saja makkkkk, ajo minta maaf makkkkkk. Ajo kelamaan cari makananyaaaaa. Ini ajoo udah beli obat juga mak.” Parjo pun tidak percaya ibunya telah tiada,dia hanya menangis sambil memegang sesuap nasi yang dia bawa tadi untuk di suapkan untuk ibunya. Namun apa daya takdir berkata lain, ibunya tidak sempat menikmati nasi bungkus yanng dibawa bocah kecil itu.
“Abangggggg” panggil iin yang juga menangis. Mereka pun berpelukkan. Mereka sekarang anak yatim piatu, Parjo yang masih berumur 10 tahun dengan iin yang baru 4 tahun harus bisa menjalani hidupnya tanpa ayah dan ibunya.


G A L A U


GALAU menurut gue

Yah inilah fenomena akhir-akhir ini di dunia maya.
Galau?? Apa sih galau itu?? Galau menurut gue sih suatu syndrome hati yang ga tenang yang maunya ga jelas. Galau menurut  gue berawal dari kecemasan lalu sulit untuk mengungkapkan kata-kata.

Nah sekarang jamanya teknologi,maklogi dan mpologi (loh ga nyambung). Jadi kegalauna itu bisa tersalurkan dengan kata-kata ngaco,kata-kata puitis. Galau juga bukan Cuma punya anak muda aja loh.

Menurut penelitian versi gue ke nenek gue galau juga kadang menghinggapi dirinya. Kaya “kok cucu pada ga kesini ya? “  “Kok anak-anak belom transfer uang ya?” “Kok anak gue belom beliin gue BB sih?” . Untuk pertanyaan ke tiga itu gue jawabin nenek gue “Mbah mau BB an sama siapa sih?” lalu dia jawab “Ada deh kamu mau tau aja” . See  itu juga udah bisa sebagai bukti bukan anak muda aja yang galau.WHY? karena di BB nanti dia ikutan BBM-an,ikutan FB-an,ikutan Twitter-an bahkan pk skype maybe.Oke balik lagi ke GALAU .

 Ya perasaan menggalau sih wajar aja kok namanya juga perasaan.Biasanya menghinggapi ketika pacar lo cuek bebek,baru putus, di PHP-in,di selingkuhin, lagi jadi pacar gelap(item kali,lagi juga bodoh banget mau di jadiin yang kedua). Itu rasanya bak mendung tapi gak ujan-ujan Cuma ada petir yang menghujam perasaan. Ah sudahlah dari pada gue ikut galau karena nulis tentang galau mending gue selesain nulisnya kali ini. Okelah sekian tulisan gue tentang fenomena GALAU menurut filosofi gue. Okeh #salamGALAU

LDR




                                                            LDR

Ini sebuah fenomena  yang lagi banyak gue temuin di sekitar gue. Pernah sih gue ngalamin LDR dan itu gak lama. Why? Karena GA ENAK. Rasanya kalau malem minggu itu ibarat malem jumat yang angker banget . WHY(lagi) ?? gue selalu di ledekin sm orang rumah, berasa ga normal juga sih punya pacar tapi kaya gak punya pacar. Emang sih ga harus malem minggu buat ngabisin waktu sama pacar, tapiiii ya tetep aja buat makhluk yang namanya perempuan itu butuh kasih sayang yang directly  alias langsung. Bukan kasih sayang dalam maksud negatif, perempuan itu seneng di kasih kejutan kecil, kaya pacarnya yang tiba-tiba jemput, nemenin malem yang penting (taun baru, ataupun sekedar joging kecil di hari minggu bahkan malem saat ulang tahun).

Gue sih salut sama yang jalanin LDR dan bertahan sampe lamaaa banget. Disini dibutuhkan kepercayaan yang tinggi, dan komunikasi yang tinggi pula. Ya siap-siap aja sediain dana bulanan buat PULSA  baik pulsa Hp and modem. Jaman dulu sih LDR kita ga perlu khawatir soal yang selingkuhan. Bahkan jaman dulu aja ga ada alat secanggih sekarang, mereka bisa kok jalanin LDR. Tapi kalau sekarang LDR ga munafik sih pasti mereka saling SELINGKUH. Walaupun bukan selingkuh fisik, tapi pasti terlintas selingkuh hati dan perhatian. Yang deket aja selingkuh masih bisa dialamin, apalagi yang  engga.
Ya tapi balik lagi ke masing-masing orangnya. Mudah-mudahan buat yang lagi nglamin LDR bisa tetep berjalan. Jangan mau kalah sama orang jaman dulu ! J okeeee.