Senin, 07 Mei 2012

Screen



Screen

Langit pun masih mendung, daun pun masih menyatu dengan air yang enggan untuk turun.  Dira, karyawati di salah satu majalah remaja. Dia pun mempunyai seorang kekasih bernama Ardi. Hubungan mereka sudah berjalan dua tahun setengah. Hubungan
mereka di bina sejak kuliah, dan sekarang Ardi sudah menjadi guru bahasa Inggris di salah satu SMA negeri.

Sore itu hujan baru selesai menjalankan tugasnya.

“Yang, dapet undangan nih malam minggu besok. Temenin aku ya.” Pinta Dira
“Iya, dimana emang?”
“di situ, Antam”
“Iya udah atur aja”

Ardi dulu pria yang antusias dengan apapun Dira bicarakan, namun akhir-akhir ini dia seperti mulai berubah. Dirumah pun Dira sudah sering ditanya oleh orangtuanya,

“Kak, kapan kamu kasih mama papa cucu” selalu itu yang di bicarakan oleh orang tua Dira. Ya Dira anak pertama, dan tidak salah orangtuanya selalu bertanya soal itu.

“Iya mah, sabar ya nanti ada waktunya” Dira pun menjawab

Bukan hal baru, ini yang selalu mengganggu pikiran Dira. Beberapa teman sekolah dan teman kuliah nya sudah menuju pelaminan, tentang ini bukan hanya orangtua Dira yang menanyakan, tetangga bahkan temanya pun selalu menanyakan itu.

“Yang, mau cerita” sms Dira kepada Ardi
“Iya apa yang”
“kita udah berapa lama yang pacaran?”
“Loh kok tumben nanya gitu”
“em.....yang kamu serius ga sama aku”
“iya lah, kok kamu tanya gitu sama aku”
“aku lagi pusing, kamu taulah tentang desakan mama papa soal pernikahan”
“oh” jawabnya singkat
“kok gitu doang jawabnya”
“engga aku lagi nyuci motor nih. Nanti aku sms lagi ya. Muah”

Hah. Selalu seperti ini kalau Ardi di ajak bicara seperti ini. Apa dia benar serius denganku? Apa dia mulai  bosan dengan hubungan kita? Gumam Dira dalam hati

Sapaan pagi hari sudah tidak ada. Panggilan kesayangan yang selalu membut kita tertawa pun sudah tidak ada. Semua dipendam Dira di hatinya. Dia takut untuk membicarakan hal ini dengan Ardi.

Dira wanita yang cukup mandiri. Dia sering berjalan sendiri menyusuri setiap ruko di dalam mall, membeli peralatan bulanan untuk orang rumah. Dan.. dia melihat lelaki seperti Ardi dengan wanita lain. 

Dia tidak percaya, dia amati sekali lagi dan ya itu Ardi dengan wanita lain. Kaki dan dengkul Dira melemas, dia hanya mengamati Ardi dari kejauhan. Dia ikuti Ardi.

Namun betapa kagetnya Dira, Ardi memasuki kantor Wedding Organization. Dia tidak bisa berkata, dia 
tidak sanggup meneruskan untuk mengikuti Ardi pergi dengan wanita itu. Sepanjang jalan dia hanya termenung, dia tidak percaya dengan apa yang dia liat tadi.

Kemana hubungan yang dua tahun ini, apa yang harus aku lakukan, bagaimana aku harus bicara tentang ini ke orang tua ku, teganya dia meninggalkan aku , nama anak yang kita buat waktu itu , keluarga yang selalu tertawa kecil, kenangan kamu yang selalu membuatku tertawa saat aku sedih, membujuk aku untuk makan saat sakit,

Pertanyaan itu selalu berputar dipikiran Dira. Apa salah ku, kenapa kamu berbuat seperti ini yang? Di taksi Dira hanya menangis, dan begitu sampai di rumah dia langsung masuk kamar.
Dia pandangi foto yang terbingkai di kamarnya, dia pandangi guling kesayangan yang diberikan Ardi.

Dan tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ardi. Ya , itu Ardi. Rasanya ingin dibanting saja, sakit hati yang Dira rasakan hanya bisa terdiam. Namun, Dira wanita yang sangat tidak bisa membiarkan Ardi khawatir tentangnya

“i..ya” suara Dira terdengar dengan terisak
“lho, kamu kenapa?kamu nangis ya?”
“ga kok” jawab Dira dengan menghela nafas berharap isakan tangisnya tidak terdengar lagi.
“oh ya udah, kamu lagi apa?udah makan?” . What?? Kontras banget sama yang tadi dia lihat, namun 
Dira tidak membahas apa yang dia lihat sampai Ardi yang memberitahunya sendiri.

“Udah kok, kamu dimana?”
“aku lagi sama temen kantor, lagi makan-makan di cafe depan kantor”
“oh, aku pusing banget. Aku mau tidur dulu ya. Kamu jangan pulang malem-malem ya” dan telepon langsung ditutup oleh Dira. Ya , dia memang bersama temanya, teman tapi mesra! gumam Dira dalam hati.

Hari itu pekerjaan Dira sedang banyak-banyaknya, namun masalahnya yang membuat  pecah konsentrasinya.

“Dir, kenapa lo? Pucet gitu? Sakit?” tanya Andien sahabatnya di kantor. Dira tidak bisa membendung lagi perasaanya
“Andinnnnnnnnnn, Ardi ndin..........” peluk Dira sambil menangis
“Lho, kenapa? Cerita dong jangan nangis aja?”
“Di...dia selingkuh depan mata gue, gue lihat sendiri mereka jalan berdua di mall, mereka masuk kantor wedding organization....”
“terus lo samperin mereka ga? ”
“en...engga dinnn , gue ga mau ribut depan umum, gue liatin mereka dari jauh aja ...”
“terus lo udah omongin belum?”
“engga, pulang dari gue lihat itu dia telpon gue, dia justru lebih care sama gue”
“kok aneh sih, apa perlu gue yang ngomong ?” jawab Andin kesal mendengar curhatan Dira
“e..engga jangan, gue mau tau dia jujur apa ga?”
“yaudah, lo mending ijin aja pulang. Sumpah gue ga pernah liat lo sepucet ini?”
“tttapi ke..kerjaan gue massih banyak” Dira pun masih menangis terisak-isak
“hey, percaya sama gua, biar gue yang ngerjain ini. Lo pulang dan tenangin diri lo”

Dira pun langsung bergegas pulang menggunakan angkutan umum. Saat di lampu merah dia melihat 
Ardi, ya itu Ardi. Dan lagi-lagi dia bersama wanita yang kemarin dia lihat di mall.
“Ya ALLAHHH apa-apaan ini semua, salahku apa? Dua kali di depan mataku” teriak Dira di dalam  hati.

Dan lagi, dia hanya memndangi kekasihnya bersama wanita lain dari balik kaca bus.
Aku haru kuat, mungkin ini yang namanya titik jenuh yang di alami Ardi.
Hari itu hari sabtu. Hari dimana Dira akan menghadiri acara perrnikahan temanya itu. Dia pergi bersama Ardi.

“hai cantik selamat yaaa?” sambil cipika-cipiki dira menyapa temanya yang hari itu menikah
“makasihhh, eh ini calonya?” tanyanya sambil menunjuk Ardi
“ah..iya semoga ya. Oya aku kesana dulu ya.”

Lalu mereka duduk di sudut ruangan gedung yang cukup besar. Dira yang sibuk memainkan ponsel tidak sadar Ardi pergi entah kemana. Dia menatap segala penjuru berharap bisa menemukan Ardi, dan akhirnya dia menemukan Ardi yang sedang asik berbicara, tapi tunggu, itu wanita yang selalu dia lihat bersama Ardi. Kenapa dia berani sekali datang kesini, padahal ada aku., gumamnya

Mungkin kesabaran Dira sudah habis. Dia berlari , menangis kejar melewati Ardi dan wanita itu . Ardi benar-benar tidak memperdulikkan, dia malah masuk ke dalam gedung. Dira berlari keluar gedung namun satpam menghalanginya.

“Kepada Dira Andriani,kekasihku tersayang tolong kamu putar badan kamu sekarang yang” terdengar suara Ardi, Dira pun langsung membalikkan badanya, betapa kagetnya disitu ada layar putih terpasang, dan film pun dimulai.
“Dira, this is special for you”

Disitu ada ayah, ibu Dira, juga Ardi

“Pak, maksud kedatangan saya disini saya berrniat serius dengan anak bapak” Ardi pun memulai pembicaraan
“Apa kamu benar serius dengan Dira?”
“Iya pak, saya berniat untuk meminang anak bapak”
“Kamu bisa membahagiakan anak saya?” tanya Ayah Dira
“Insyaallah pak, sebisa mungkin saya jaga” disitu terlihat matanya Ardi berkaca di dalam dokumentasi itu
“Bun, gimana? Apa kamu rela?” tanya ayah ke ibunda Dira
“Jaga anak ibu ya di, jangan sakiti dia, perlakukan dia dengan baik” ibunya sedikit meneteskan air mata
“Baik bu. Pak, bu terimakasih” Ardi pun mencium tangan orang tua Dira.
 “Yang.... dua tahun setengah kita menjalani suka dan duka bersama, kuliah dan skripsi bersama, waktu kita belum punya apa-apa, kita kuliah naik kereta bareng , sampai kamu aku gendong biar masuk kereta yang sangat penuh dan itu kereta terakhir. Sekarang aku mau bertanya apakah kamu mau, menjadi ibu dari anak-anakku nanti??” dokumentasi pun memutar moment yang sedang du narsikan oleh Ardi

Deg.Sumpah saat itu perasaan Dira bahagia yang tidak terkira, dia tidak bisa berkata saat dokumentasi itu di putar, foto saat mereka masih kuliah dulu, entah dari mana foto itu ada. Setiap moment susah tergambar jelas di screen .

Ardi pun datang menghampiri Dira lalu bersimpuh layaknya pemain opera saat di panggung
“Dir, gimana?” Ardi pun berkata dengan mata berkaca-kaca. Semua masih menyaksikkan itu, berharap Dira memberikan jawaban yang terbaik.

Tanpa diduga Ayah dan ibunya Dira hadir juga, menyaksikkan moment bahagia anaknya.

“Wanita itu siapa?” jawab Dira sambil meneteskan airmata
“Dia Sari, saudaraku. Ardi juga saudaraku Dir” Raisa angkat bicara dari jauh sambil tertawa kecil
“ Hihi kamu cemburu ya. Gimana jawabnya” jelas Ardi. Raisa adalah temanya Dira yang menikah
“Ga, aku ga mau” jawab Dira
“Apa???” Ardi pun kaget
“Iya , aku g mau lama-lama . ...”
“Ah... yang bener dong” Ardi pun penasaran
“Iya aku mau” jawab Dira.

Lalu seisi gedung bertepuk tangan mendengar jawabanku. Dan tak lama kemudian keluarga Ardi keluar membawa seserahan.

Oh Ardi kau membuatku melting.

Tidak ada komentar: