Rama, dia adalah sosok lelaki yang sudah
sangat lama mengisi hari-hari ku. Dia adalah sang lelaki yang selalu perfectsionist dalam segala hal mulai
dari pakaian dan apapun hal kecil sangat ia perhatikan. Hubungan yang diawali
dari semasa kuliah saat itu, masih bertahan hingga saat ini, susah dan senang
pasti aku lewati bersama Rama. Namun, suatu ketika Rama membuat keputusan, ya
dia sangat ingin untuk meneruskan cita-cita nya sekolah di luar negri. Rama
memutuskan untuk pergi keluar negri untuk meneruskan sekolahnya untuk mengambil
gelar master impianya dan aku “Sierra” ya panggil saja aku “Sierra”. Aku hanya seorang editor di salah
satu majalah remaja di Jakarta. Sudah delapan bulan Rama pergi kuliah disana
semua terasa sepi,ya sepi sekali. Biasanya kami selalu menghabiskan waktu untuk
pergi bersama walaupun hanya sekedar makan malam di pedagang kaki lima.
“Ra, kamu ngeliput konser ya di
Aussie” tiba-tiba atasan ku Pak Bryan memecahkan aku dari lamunanku.
“APA??” aku pun sontak berkata
sambil menoleh ke arah Pak Bryan.
“Iya kamu ngeliput ke luar
Indonesia langsung, soalnya wartawan kita yang khusus buat ngeliput ke luar
lagi cuti, kamu mau gak?”
“MAU PAK!” aku pun langsung
berdiri, tersenyum dan mengangguk keras yang menandakan aku sangat setuju
dengan tawaran dia.
Tugasku kali ini adalah meliput
konser dari seorang artis wanita kelas dunia yang beberapa waktu lalu batal
mengadakan konser di Indonesia. Rihanna.
**
Mimpi, apa ini semua mimpi? Aku
akan ke negara dimana tempat Rama menuntut ilmu. Dari dulu aku selalu ingin
kesana, menyusulnya sesekali melihat dia saat ini. Dia pasti sangat terkejut
melihat ku berada disana hmmm.
Aku pun bergegas mengemasi
semuanya, tak lupa aku akan membawakan untuk Rama makanan yang sangat dia sukai.
Astor, makanan klasik yang dulu tidak pernah dia lupa bawa di tasnya. Dia pasti
menyukai kejutan aku ini, ya pasti!
**
Sesampainya
aku di Sydney International Airport, aku langsung bergegas meliput konser yang
menjadi tujuan utama ku. Karena jarak antara Indonesia dan Aussie ini tidak
terlalu jauh aku tak merasa lelah. Aku lengkapi semua terlebih dahulu, aku
berjalan sambil menggantungkan kamera di leherku. Aku mengamati gedung ini,
setiap moment yang aku anggap bagus aku tak akan lewatkan untuk ku ambil
gambarnya. Sesampainya di lokasi konser, aku langsung mengambil gambar dari
setiap moment konser tersebut, dan tibalah saatnya aku untuk menanyakan
beberapa hal alias wawancara beberapa
mahasiswa ataupun mahasiswi yang memang asli penduduk Indonesia namun sedang
melanjutkan sekolah di sana. Dan, ya.. aku melihat seorang wanita cantik sedang
berdiri di ujung sana sendiri.
“Hey, kamu mahasiswi dari
Indonesia kan?’ tanyaku sambil mengulurkan tangan yang artinya aku mengajak dia
untuk berkenalan.
“Iya, kamu siapa ya?” tanyanya
padaku.
“Gue Sierra dari wartawan dari
Indonesia, boleh minta waktu sebentar buat sekedar nanya-nanya tentang opini
mengenai konser ini?”
“Okey ga masalah kok, gue Kara
“ sambutnya sambil menjabat tangan ku.
Dan saat perbincanganku dengan
Kara sedang berlangsung, tiba terdengar
suara ponsel Kara berbunyi,
“Iya hon, aku disini “ katanya
sambil mencari-cari orang dari kejauhan sambil melambaikan tangan seolah sedang
membei tanda kalau ia sedang berada disini. Saat itu juga otomatis pembicaraan
ku dengan Kara terhenti sejenak menunggu sesorang yang sedang dia cari, aku pun
sibuk mencari ponsel ku di dalam tas.
“Hey hon” suara terdengar dari
kejauhan yang memang sudah terdengar akrab di telinga ku, aku pun mencoba
melihat untuk mengetahui siapa orang yang baru saja datang, dan ternyata,
“RAMA?!” aku pun tersentak saat
itu.
“SIERRA” dia pun tak kalah
tersentaknya dengan ku
“Honey..” panggil Kara kepada Rama, dan
langsung memeluknya
“Lho, kamu kenal dia??” tanya
Kara heran setelah mendengar kita saling menyebutkan nama.
“Gue temenya Rama waktu sekolah
dulu, gue satu kelas sama dia waktu SMA. Oke gue langsung ya,thanks ya Kara buat waktunya, gue mau
ngeliput lagi have fun nonton
konsernya” kata ku sambil mengulurkan tangan dan pergi menjauh. Rama hanya
terdiam saja tidak melakukan apapun, perlahan airmata ini jatuh tanpa aku
sadari, aku berjalan pergi menjauh setelah aku mengetahui yang selama ini dia
lakukan dibelakangku. Berjalan dengan tergesa-gesa mencari pintu keluar dari
dalam gedung ini, aku tidak tau apa yang harus aku lakukan lagi saat ini. Aku
masuk ke dalam taksi, dan langsung menuju hotel.
**
Aku pun
terus memandangi semua foto ku dengan Rama di laptop ku, aku tak menyangka akan
seperti ini semuanya, aku selalu berfikir positif ketika dia tidak memberi
kabar, dia yang terkadang tidak memperdulikan email yang selalu aku kirim, dia
yang terkadang lupa untuk sekedar mengucapkan selamat malam Aku pikir dia
memang sedang sibuk dengan segala tugasnya yang ada, aku pikir dia memang
benar-benar letih jika harus memebei kabar setiap waktu nya kepadaku di tengah thesis nya. Aku terdiam, menangis hanya
itu saja yang aku lakukan. Semua langsung hancur ketika aku melihat itu semua,
Rama lelaki yang aku yakini akan menjadi calon imamku, yang aku yakini akan
menjadi ayah dari anak ku kelak, terlalu banyak mimpi yang kita sudah susun
bersama untuk semuanya tapi dia malah menghancurkan semuanya. Tiba-tiba
ponselku berdering,
“Sierra, kamu dimana sekarang?
Aku bisa jelasin semuanya?” tiba-tiba Rama menghubungi ku dan langsung berkata
seperti itu.
“Ga Rama, ga ada yang perlu
kamu jelasin lagi, semua udah jelas kok, Dan kamu gak perlu capek-capek buat
jelasin semua ke aku. Mata dan telinga ku masih normal untuk memberi kesaksian.
Aku juga akan lupain semua mimpi kita, aku gak akan ganggu kamu lagi dengan
ribuan email ku yang jarang dan bahkan hampir sama sekali gak pernah kamu
bales!”