Senin, 06 Agustus 2012

Bidadariku, Bidadari Kecilku


Bidadariku, Bidadari Kecilku 


Sore itu langit cerah, angin membawa uraian rambutku yang bebas lepas. Duduk di balkon kamar memandangi pemandangan langit ritualku setiap sore. Langit itu menggambarkan hati ku yang sedang luas sekali perasaan cintanya. Reza,
lelaki yang sudah dua tahun bersamaku itu sosok terindah yang selalu menemani hari ku.

Beb hari ini kita jalan yuk?nanti aku jemput
di rumah ya, 15 menit lagi aku sampe loh!

Baru saja aku memikirkannya smsnya hadir , ah Reza. Langsung saja aku balas
Mau kemana?iya-iya kebiasaan deh kalo lagi iseng
ngajak pergi dadakan terus

Dan benar saja 15 menit kemudian dia datang menjemputkku, mataku di tutup sepanjang jalan. Aku hanya terdiam di dalam mobil, entah makhluk kesayanganku ini akan membawaku kemana. Kira-kira sudah satu jam aku berada di mobil barulah dia memberhentikkan perjalanan ini.

“Beb, sudah samapai” panggil Reza lirih
“Udah boleh di buka belom?” jawabku
“Tunggu, kamu harus ikutin kata-kata ku ya”
“Emang ini dimana?”
“Udah kamu nurut aja” . Aku pun mengikuti semua arahan Reza sampai aku disuruh duduk di suatu tempat yang aku juga tidak tahu ini ada dimana.

“Nah kamu sekarang boleh buka tutup mata kamu” Reza pun memberi aba-aba untuk ku membuka mata. Aku pun menuruti perintahnya, dan
“Wo-w Za, ini? Ini kamu yang nyiapin semua?aaaku , ah kamu Za” aku pun tersentak melihat sekelilingku, ya ini Kawah Putih dengan tatanan meja kecil yang mungkin bisa di bilang ini dinner yang terlalu cepat, maksudku ini masih sore, aku terharu dengan kejutan ini.

“Iya ini aku yang nyiapin semua, kamu suka beb?” tanyanya sambil memegang tanganku dan menatapku penuh harapan.
“Aku SUKA! SUKAAAAAA BANGETT !” aku membalas tatapanya, dan tak terasa air mataku jatuh,
“Hey hey, kok kamu nangis. Aku nyiapin ini semua buat kamu. Aku ingin kamu menjadi bidadari ku yang akan melahirkan bidadari kecil kita. Apa kamu mau?” tanya Reza sambil bersimpuh di depanku layaknya Romeo yang sedang meminta cinta Juliet.

“K—amuu, kamu melamarku Za? ” tanyaku heran namun di hati ini bahagianya bukan main, Reza pun mengangguk yang menandakan dia membenarkan pernyataanku
“Uuuhh kamu ya Za, aku mau lah. Mau banget” jawabku sambil memeluknya. Aku bisa merasakan alam pun ikut berbahagia dengan kami, ya mereka menari dan menggoyangkan dahan serta angin menyentuh mesra kami berdua.

“ Beb, kalau lamaran bulan depan kamu mau?”
“Santai beb, kapan pun boleh kok” kataku sambil tertawa. Hari ini hari terindah, dimana Reza melamarku dengan penuh kejutan. Banyaknya huruf, banyaknya kata tidak bisa mewakili kebahagiaan yang sedang aku rasakan. Sewaktu kita masih kuliah dulu kita selalu membayangkan kehidupan nanti saat kita menikah, dan sekarang perjalanan ini akan di mulai.
**

Persiapan lamaran pun sudah mulai di lakukan, aku dan calon ibu mertua ku pergi bersama untuk berbelanja seserahan kami, Reza tidak ikut menemaniku karena dia sedang sibuk bekerja. Aku pun mengurus semua persiapan lamaran ku sendiri, aku memaklumi kesibukan Reza yang membuatnya semakin jarang menghubungi ku padahal ini acara kami, bukan acara ku saja. Seperti biasa, kalau usil ku datang jam 11 malam pun aku telepon dia dengan private number,

Tuuuttt.....

“Halo...” suara perempuan terdengar , aku pun tersentak, aku gugup, aku diam
“Siapa honey?” terdengar suara Reza lirih dan berat seperti baru saja terbangun, aku makin terdiam dan air mataku jatuh tiba-tiba. Siapa wanita itu, kenapa dia bersama Reza malam ini, kenapa Reza memanggilnya honey, kenapa???

“Halo??? Jangan ganggu malam-malam ya anda” bruk, telepon ku ditutup, dan suara barusan itu Reza. Apa ini semua? Apa yang harus aku lakukan.
**

Siang itu, aku manfaatkan untuk mengunjungi kantor Reza. Aku masih menyimpan beribu pertanyaan dari semalam, dan Reza pun tidak tahu aku akan datang mengunjunginya.

“Mbak Pak Reza nya ada?” tanyaku kepada sekretarisnya
“Maaf bu, Pak Reza sedang ada meeting dengan klien siang ini” jawabnya
“Kalau saya boleh tau dimana ya?”
“Di loby apartemen Pak Reza bu”
“Apartemen?”
“Iya bu”
“Oh ya sudah, terimakasih” aku pun berjalan keluar kantor penuh lamunan, memang ada ya pertemuan di apartemen? Ah sudahlah aku kesana saja.
**

Di lobi apartemen Reza tidak tampak aktifitas pertemuan, hatiku semakin gundah tak karuan melangkahkan kaki ku ke kamar milik Reza. Aku mempunyai kunci cadangan yang dia berikan kepadaku karena dia bilang ini pemberian nya untuk kado lamaranku kemarin. Ku arahkan kunci ke lubangnya, dan betapa kagetnya aku melihat Reza bersama wanita lain di atas ranjang.

“Beb --” aku pun berkata karena mereka pun tidak sadar aku sudah berada di sana,
“ Beb, dia siapa?” tanyaku pelan menelan ludah.
“Heh! Ngapain kamu kesini, lancang banget kamu!” mukanya tampak murka
“Beb, aku tunangan kamu. Besok kita lamaran beb, ini aku cuma mimpi kan liat kamu begini?”  dengkulku terasa lemas, aku bertanya sambil duduk di atas karpet
“ Apa? Tunangan? Hei! Kita belum tunangan, mana cincin bukti tunangan kita?” tanyanya dengan nada keras

“ Kamu sadar beb kamu ngomong gitu?” air mataku kali ini benar-benar jatuh

“SADAR DAN DENGAN SANGAT SADAR” dia pun semakin terlihat angkuh sambil memeluk wanita itu, “KAMU MEMBOSANKAN SHELA”
“ Apa arti kamu melamarku kemarin? Arti kamu bersimpuh memohon aku menjadi bidadari kamu? Memohon aku untuk terus mencintaimu? Apa artinya Za, sekarang dengan mudah kamu bilang aku membosankan? “ tanyaku yang mulai menangis

“Kemarin ya kemarin, sekarang ya sekarang Sel. Gausah terlalu serius lah” jawabnya dengan mudah.
“Gampang banget ya kamu bicara seperti itu, besok acara kita Za. Persiapan sudah matang, kamu lagi ngerjain aku kan Za. “ aku pun menguatkan diri dan berdiri menghampiri Reza dan menggoyangkan pundaknya

“Za, bilang ke aku, kamu lagi main-main kan Za? Iya kan Za? IYA KAN ZA” aku pun berteriak dan plak
Reza menamparku

“PERGI KAMU!” usir Reza,

“Baik Za, aku Cuma mau bilang makasih atas semua perhatian kamu. Makasih kamu mau memberikan hal yang sangat aku inginkan dari kamu, walaupun cuma awal yang kamu beri. Asal kamu tau, lamaran kemarin sangatlah berarti buat aku, itu hal yang aku inginkan sejak kita membina semua hubungan ini” kataku sambil pergi, aku berusaha terus mengusap air mataku sepanjang jalan namun apa daya, air mata ini terus mengalir deras. Apa yang harus aku katakan kepada orang tuaku, saudara yang sudah berkumpul untuk besok menyambut pangeran ku melamar dengan resmi, ya ALLAH apa yang harus aku lakukan.
**

Semua keluarga telah mengetahui persoalan antara aku dan Reza, mereka kecewa. Ya mereka sangat kecewa, apalagi aku yang mengalami ini semua. Aku mencoba tegar di depan semua orang namun ketika aku sendiri semua berubah total. Waktu terus berjalan, dan aku harus terus menata hidupku tanpa Reza, walaupun terasa berat. Kenagan indah itu selalu muncul di pikiranku, dia yang dulu selalu memanjakanku, dia menyuapiku yang sedang susah makan, kita yang berjuang bersama menyelesaikan skripsi bersama, dia yang menggendongku di tengah keramaian saat aku tidak kuat berjalan, dia yang menguatkan aku saat aku sedih. Sekarang aku sendiri, siapa yang akan menghapus airmataku seperti dulu Reza menghapus air mataku.
**
Tak terasa ini sudah tahun berikutnya setelah tahun lalu Reza mengkhianatiku dan menghancurkan impian-impian ku. Marah? Tidak sedikit pun aku membencinya, mungkin banyak yang bilang kalau aku wanita bodoh yang dengan mudah memafkan Reza yang sudah jelas mengkhianatiku di depan mata dan membuat malu orangtuaku dengan membatalkan lamaran itu. Aku masih yakin ini adalah bentuk kepenatan hubungan kita yang selalu tenang selama 2 tahun lebih, karena aku tau di setiap hubungan masa jenuh memang ada. Saat aku melamunkan kejadian tahun lalu, ponselku berbunyi. 

Nomor tak di kenal,

“ Shela?” suara lelaki jauh disana, namun sepertinya suara itu sudah tidak asing
“Iya, ini siapa?” tanyaku
“Kamu udah hapus nomorku ya sel? Ini aku Reza” dan jantungku terasa berhenti berdetak, ini Reza?
“Oh kamu, kenapa? Apa kabar?” tanyaku dengan mencoba menyembunyikan rasa terharu ku
“Kamu gak marah sama aku Sel?”

“Buat apa aku marah, kan kamu sendiri yang selalu mengajariku untuk tidak marah-marah , Cuma bikin capek” jawabku dengan pura-pura santai
“Bisa ketemu Sel?” tanyanya
“Boleh, dimana?”

“Jam 4 sore di tempat biasa ya Sel”
“Oke, see you there

Apa yang aku lakukan? Aku menerima ajakan pria yang telah mengkhianatiku danmembatalkan lamaran sehari sebelum harinya?? Aku rasa aku sudah gila.
**

Aku pun duduk di bangku tempat kita berpacaran dahulu,  seperti biasa Reza orang yang tidak bisa on time, dan tiba-tiba mataku di tutup oleh tangan seseorang. Aku kenal harum tangan ini, tapi kenpa jemarinya terasa tidak seperti Reza yang berbadan cukup berisi. Aku pun membalikkan badanku, benar itu Reza

“Hai Sel?” sapanya, dia terlihat kurus. Entah kenapa dia berubah setelah satu tahun kami tidak bertemu
“Hai Za, kamu sakit Za?” tanyaku

“Enggak kok Sel? Kamu apa kabar selama satu tahun ini?” tanyanya dengan nada yang sama, nada waktu dia masih mencintaiku dengan benar
“Aku baik kok Za, itu kamu sekarang kurang tidur ya? Pasti begadang terus nih”
“Hihi Shela, kamu masih sama ya. Masih seperti bidadari mungilku yang cerewet” ledek Reza
“Masa?”

“Iya Sel, aku mau minta maaf soal kejadian satu tahun lalu. Aku masih ingat betapa brengseknya aku” obrolan serius pun mulai, dia memegang tanganku dengan hangat dan matanya pun berkkaca-kaca. Aku bisa merasakan ini Reza yang dahulu, Reza yang selalu menginginkan aku disisinya.

“Aku bener-bener tergoda dengan wanita itu. Entah kenapa aku juga bisa seperti itu dan..” sebelum Reza menyelesaikan kata-katanya itu, tanganku menghalangi bibirnya dengan telunjukku

“Udah Za, aku bisa ngerti. Mungkin benar kata kamu waktu itu, aku membosankan. Hubungan kita 
yang selalu berjalan tanpa rintangan mungkin menyebabkan kejenuhan, dan masa jenuh itu datang saat kita sedang mempersiapkan hari penting kita” jelaskku

“Sel, kamu bener gak marah sama aku?” tanyanya ragu namun aku hanya tersenyum dan aku menggeleng sambil tersenyum

“Senyum kamu yang membawa aku menghubungi kamu Sel, aku kangen senyum itu. Kangen manjamu Sel. Aku masih mencintaimu Sel” Reza berkata sambil menjatuhkan air mata, baru kali ini dia menjatuhkan airmata di depanku.

“Aku juga Za, aku masih sangat menyayangimu. Mungkin teramat sayang denganmu” kataku sambil menangis di peluknya

“Sel, apa kali ini kamu masih mau menjadi bidadariku? Dan memberikanku bidadari kecil?”

“Apa kali ini kamu tidak akan menyakitiku lagi?” tanyaku ragu

“Aku janji Sel, besok aku datang melamarmu” , kami pun tertawa kecil dan akhirnya cita-cita kami untuk membina sebuah rumah tangga pun terlaksana.

Kesalahan memang selalu ada di dalam hidup, namun menyimpan dendam dengan orang yang di sayang sangatlah sia-sia. Karena kamu tidak akan pernah bisa membencinya.

Tidak ada komentar: