Sore itu langit cerah, angin
membawa uraian rambutku yang bebas lepas. Duduk di balkon kamar memandangi
pemandangan langit ritualku setiap sore. Langit itu menggambarkan hati ku yang
sedang luas sekali perasaan cintanya. Reza,
lelaki yang sudah dua tahun bersamaku
itu sosok terindah yang selalu menemani hari ku.
Beb hari ini kita jalan yuk?nanti aku jemput
di rumah ya, 15 menit lagi aku sampe loh!
Baru saja aku memikirkannya
smsnya hadir , ah Reza. Langsung saja aku balas
Mau kemana?iya-iya kebiasaan deh kalo lagi
iseng
ngajak pergi dadakan terus
Dan benar saja 15 menit kemudian
dia datang menjemputkku, mataku di tutup sepanjang jalan. Aku hanya terdiam di
dalam mobil, entah makhluk kesayanganku ini akan membawaku kemana. Kira-kira
sudah satu jam aku berada di mobil barulah dia memberhentikkan perjalanan ini.
“Beb, sudah samapai” panggil Reza
lirih
“Udah boleh di buka belom?”
jawabku
“Tunggu, kamu harus ikutin
kata-kata ku ya”
“Emang ini dimana?”
“Udah kamu nurut aja” . Aku pun
mengikuti semua arahan Reza sampai aku disuruh duduk di suatu tempat yang aku
juga tidak tahu ini ada dimana.
“Nah kamu sekarang boleh buka
tutup mata kamu” Reza pun memberi aba-aba untuk ku membuka mata. Aku pun
menuruti perintahnya, dan
“Wo-w Za, ini? Ini kamu yang
nyiapin semua?aaaku , ah kamu Za” aku pun tersentak melihat sekelilingku, ya
ini Kawah Putih dengan tatanan meja kecil yang mungkin bisa di bilang ini dinner yang terlalu cepat, maksudku ini
masih sore, aku terharu dengan kejutan ini.
“Iya ini aku yang nyiapin semua,
kamu suka beb?” tanyanya sambil memegang tanganku dan menatapku penuh harapan.
“Aku SUKA! SUKAAAAAA BANGETT !”
aku membalas tatapanya, dan tak terasa air mataku jatuh,
“Hey hey, kok kamu nangis. Aku
nyiapin ini semua buat kamu. Aku ingin kamu menjadi bidadari ku yang akan
melahirkan bidadari kecil kita. Apa kamu mau?” tanya Reza sambil bersimpuh di
depanku layaknya Romeo yang sedang meminta cinta Juliet.
“K—amuu, kamu melamarku Za? ”
tanyaku heran namun di hati ini bahagianya bukan main, Reza pun mengangguk yang
menandakan dia membenarkan pernyataanku
“Uuuhh kamu ya Za, aku mau lah.
Mau banget” jawabku sambil memeluknya. Aku bisa merasakan alam pun ikut berbahagia
dengan kami, ya mereka menari dan menggoyangkan dahan serta angin menyentuh
mesra kami berdua.
“ Beb, kalau lamaran bulan depan
kamu mau?”
“Santai beb, kapan pun boleh kok”
kataku sambil tertawa. Hari ini hari terindah, dimana Reza melamarku dengan
penuh kejutan. Banyaknya huruf, banyaknya kata tidak bisa mewakili kebahagiaan
yang sedang aku rasakan. Sewaktu kita masih kuliah dulu kita selalu
membayangkan kehidupan nanti saat kita menikah, dan sekarang perjalanan ini akan
di mulai.
**
Persiapan lamaran pun sudah mulai
di lakukan, aku dan calon ibu mertua ku pergi bersama untuk berbelanja seserahan kami, Reza tidak ikut
menemaniku karena dia sedang sibuk bekerja. Aku pun mengurus semua persiapan
lamaran ku sendiri, aku memaklumi kesibukan Reza yang membuatnya semakin jarang
menghubungi ku padahal ini acara kami, bukan acara ku saja. Seperti biasa, kalau
usil ku datang jam 11 malam pun aku telepon dia dengan private number,
Tuuuttt.....
“Halo...” suara perempuan
terdengar , aku pun tersentak, aku gugup, aku diam
“Siapa honey?” terdengar suara
Reza lirih dan berat seperti baru saja terbangun, aku makin terdiam dan air
mataku jatuh tiba-tiba. Siapa wanita itu, kenapa dia bersama Reza malam ini,
kenapa Reza memanggilnya honey,
kenapa???
“Halo??? Jangan ganggu
malam-malam ya anda” bruk, telepon ku ditutup, dan suara barusan itu Reza. Apa
ini semua? Apa yang harus aku lakukan.
**
Siang itu, aku manfaatkan untuk
mengunjungi kantor Reza. Aku masih menyimpan beribu pertanyaan dari semalam,
dan Reza pun tidak tahu aku akan datang mengunjunginya.
“Mbak Pak Reza nya ada?” tanyaku
kepada sekretarisnya
“Maaf bu, Pak Reza sedang ada meeting dengan klien siang ini” jawabnya
“Kalau saya boleh tau dimana ya?”
“Di loby apartemen Pak Reza bu”
“Apartemen?”
“Iya bu”
“Oh ya sudah, terimakasih” aku
pun berjalan keluar kantor penuh lamunan, memang ada ya pertemuan di apartemen?
Ah sudahlah aku kesana saja.
**
Di lobi apartemen Reza tidak
tampak aktifitas pertemuan, hatiku semakin gundah tak karuan melangkahkan kaki
ku ke kamar milik Reza. Aku mempunyai kunci cadangan yang dia berikan kepadaku
karena dia bilang ini pemberian nya untuk kado lamaranku kemarin. Ku arahkan
kunci ke lubangnya, dan betapa kagetnya aku melihat Reza bersama wanita lain di
atas ranjang.
“Beb --” aku pun berkata karena
mereka pun tidak sadar aku sudah berada di sana,
“ Beb, dia siapa?” tanyaku pelan
menelan ludah.
“Heh! Ngapain kamu kesini,
lancang banget kamu!” mukanya tampak murka
“Beb, aku tunangan kamu. Besok
kita lamaran beb, ini aku cuma mimpi kan liat kamu begini?” dengkulku terasa lemas, aku bertanya sambil
duduk di atas karpet
“ Apa? Tunangan? Hei! Kita belum
tunangan, mana cincin bukti tunangan kita?” tanyanya dengan nada keras
“ Kamu sadar beb kamu ngomong
gitu?” air mataku kali ini benar-benar jatuh
“SADAR DAN DENGAN SANGAT SADAR”
dia pun semakin terlihat angkuh sambil memeluk wanita itu, “KAMU MEMBOSANKAN
SHELA”
“ Apa arti kamu melamarku
kemarin? Arti kamu bersimpuh memohon aku menjadi bidadari kamu? Memohon aku
untuk terus mencintaimu? Apa artinya Za, sekarang dengan mudah kamu bilang aku
membosankan? “ tanyaku yang mulai menangis
“Kemarin ya kemarin, sekarang ya
sekarang Sel. Gausah terlalu serius lah” jawabnya dengan mudah.
“Gampang banget ya kamu bicara
seperti itu, besok acara kita Za. Persiapan sudah matang, kamu lagi ngerjain
aku kan Za. “ aku pun menguatkan diri dan berdiri menghampiri Reza dan
menggoyangkan pundaknya
“Za, bilang ke aku, kamu lagi
main-main kan Za? Iya kan Za? IYA KAN ZA” aku pun berteriak dan plak
Reza menamparku
“PERGI KAMU!” usir Reza,
“Baik Za, aku Cuma mau bilang
makasih atas semua perhatian kamu. Makasih kamu mau memberikan hal yang sangat
aku inginkan dari kamu, walaupun cuma awal yang kamu beri. Asal kamu tau,
lamaran kemarin sangatlah berarti buat aku, itu hal yang aku inginkan sejak
kita membina semua hubungan ini” kataku sambil pergi, aku berusaha terus
mengusap air mataku sepanjang jalan namun apa daya, air mata ini terus mengalir
deras. Apa yang harus aku katakan kepada orang tuaku, saudara yang sudah
berkumpul untuk besok menyambut pangeran ku melamar dengan resmi, ya ALLAH apa
yang harus aku lakukan.
**
Semua keluarga telah mengetahui
persoalan antara aku dan Reza, mereka kecewa. Ya mereka sangat kecewa, apalagi
aku yang mengalami ini semua. Aku mencoba tegar di depan semua orang namun
ketika aku sendiri semua berubah total. Waktu terus berjalan, dan aku harus terus
menata hidupku tanpa Reza, walaupun terasa berat. Kenagan indah itu selalu
muncul di pikiranku, dia yang dulu selalu memanjakanku, dia menyuapiku yang
sedang susah makan, kita yang berjuang bersama menyelesaikan skripsi bersama,
dia yang menggendongku di tengah keramaian saat aku tidak kuat berjalan, dia
yang menguatkan aku saat aku sedih. Sekarang aku sendiri, siapa yang akan
menghapus airmataku seperti dulu Reza menghapus air mataku.
**
Tak terasa ini
sudah tahun berikutnya setelah tahun lalu Reza mengkhianatiku dan menghancurkan
impian-impian ku. Marah? Tidak sedikit pun aku membencinya, mungkin banyak yang
bilang kalau aku wanita bodoh yang dengan mudah memafkan Reza yang sudah jelas
mengkhianatiku di depan mata dan membuat malu orangtuaku dengan membatalkan
lamaran itu. Aku masih yakin ini adalah bentuk kepenatan hubungan kita yang
selalu tenang selama 2 tahun lebih, karena aku tau di setiap hubungan masa
jenuh memang ada. Saat aku melamunkan kejadian tahun lalu, ponselku berbunyi.
Nomor tak di kenal,
“ Shela?” suara lelaki jauh
disana, namun sepertinya suara itu sudah tidak asing
“Iya, ini siapa?” tanyaku
“Kamu udah hapus nomorku ya sel?
Ini aku Reza” dan jantungku terasa berhenti berdetak, ini Reza?
“Oh kamu, kenapa? Apa kabar?”
tanyaku dengan mencoba menyembunyikan rasa terharu ku
“Kamu gak marah sama aku Sel?”
“Buat apa aku marah, kan kamu
sendiri yang selalu mengajariku untuk tidak marah-marah , Cuma bikin capek”
jawabku dengan pura-pura santai
“Bisa ketemu Sel?” tanyanya
“Boleh, dimana?”
“Jam 4 sore di tempat biasa ya
Sel”
“Oke, see you there”
Apa yang aku lakukan? Aku
menerima ajakan pria yang telah mengkhianatiku danmembatalkan lamaran sehari
sebelum harinya?? Aku rasa aku sudah gila.
**
Aku pun duduk di bangku tempat
kita berpacaran dahulu, seperti biasa
Reza orang yang tidak bisa on time,
dan tiba-tiba mataku di tutup oleh tangan seseorang. Aku kenal harum tangan
ini, tapi kenpa jemarinya terasa tidak seperti Reza yang berbadan cukup berisi.
Aku pun membalikkan badanku, benar itu Reza
“Hai Sel?” sapanya, dia terlihat
kurus. Entah kenapa dia berubah setelah satu tahun kami tidak bertemu
“Hai Za, kamu sakit Za?” tanyaku
“Enggak kok Sel? Kamu apa kabar
selama satu tahun ini?” tanyanya dengan nada yang sama, nada waktu dia masih
mencintaiku dengan benar
“Aku baik kok Za, itu kamu
sekarang kurang tidur ya? Pasti begadang terus nih”
“Hihi Shela, kamu masih sama ya.
Masih seperti bidadari mungilku yang cerewet” ledek Reza
“Masa?”
“Iya Sel, aku mau minta maaf soal
kejadian satu tahun lalu. Aku masih ingat betapa brengseknya aku” obrolan
serius pun mulai, dia memegang tanganku dengan hangat dan matanya pun
berkkaca-kaca. Aku bisa merasakan ini Reza yang dahulu, Reza yang selalu
menginginkan aku disisinya.
“Aku bener-bener tergoda dengan
wanita itu. Entah kenapa aku juga bisa seperti itu dan..” sebelum Reza
menyelesaikan kata-katanya itu, tanganku menghalangi bibirnya dengan telunjukku
“Udah Za, aku bisa ngerti.
Mungkin benar kata kamu waktu itu, aku membosankan. Hubungan kita
yang selalu
berjalan tanpa rintangan mungkin menyebabkan kejenuhan, dan masa jenuh itu
datang saat kita sedang mempersiapkan hari penting kita” jelaskku
“Sel, kamu bener gak marah sama
aku?” tanyanya ragu namun aku hanya tersenyum dan aku menggeleng sambil
tersenyum
“Senyum kamu yang membawa aku
menghubungi kamu Sel, aku kangen senyum itu. Kangen manjamu Sel. Aku masih
mencintaimu Sel” Reza berkata sambil menjatuhkan air mata, baru kali ini dia
menjatuhkan airmata di depanku.
“Aku juga Za, aku masih sangat
menyayangimu. Mungkin teramat sayang denganmu” kataku sambil menangis di
peluknya
“Sel, apa kali ini kamu masih mau
menjadi bidadariku? Dan memberikanku bidadari kecil?”
“Apa kali ini kamu tidak akan
menyakitiku lagi?” tanyaku ragu
“Aku janji Sel, besok aku datang
melamarmu” , kami pun tertawa kecil dan akhirnya cita-cita kami untuk membina
sebuah rumah tangga pun terlaksana.
Kesalahan memang selalu ada di
dalam hidup, namun menyimpan dendam dengan orang yang di sayang sangatlah
sia-sia. Karena kamu tidak akan pernah bisa membencinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar